Senin, 09 April 2018

KasihMu Tuhan Menguatkan Daku

Kekuatan adalah hal yang kita butuhkan sehari-hari, entah itu kekuatan secara fisik atau rohani. Itu sebabnya banyak obat-obatan (seperti vitamin) yang dipromosikan untuk memberikan kekuatan sehingga tubuh dapat bekerja secara maksimal. Hal itu memang kita perlukan. Namun selain kekuatan jasmani, bagian besar dari yang kita butuhkan adalah kekuatan mental dan rohani untuk menghadapi kehidupan dengan tugas serta tantangan yang ada. Apalagi bagi mereka yang profesinya selalu harus berhadapan dengan manusia (contoh: medis); sangat membutuhkan kekuatan yang cukup sehingga tetap dapat bekerja dengan baik..

Kebanyakan orang yang hidup dan bekerja keras akan merasakan kelelahan secara mental dan fisik, kadang-kadang akan timbul gejala yang tidak disadari dan tidak diinginkan, seperti perasaan kosong (kesepian), dan ada juga yang mengalami kondisi depresi (merasa diri tidak berdaya, tak berguna, tak bergairah). Lalu kita mungkin bertanya, "Siapakah yang akan menolong aku?" Pemazmur pun mengalami kegelisahan-kegelisahan dalam hidupnya, sampai ia berkata, "Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku?" (Mazmur 46:2a). Kondisi-kondisi kehidupan tidak selamanya baik, kadang baik, kadang pula kurang baik. Hal tersebut adalah wajar, namun yang perlu adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi kedua hal yang berbeda tersebut. Dan kadang hal itu dapat diijinkan Tuhan terjadi untuk kebaikan dan tujuan yang lebih mulia. Seperti ada cuplikan lagu kekuatan serta penghiburan: "Suka dan derita bergantian memperkuat imanku", kita memerlukan waktu yang tenang untuk memikirkannya.

Penulis terkenal, Henry Nouwen mengungkapkan ide, "Kesepian adalah salah satu hal yang dialami tiap manusia di dunia ini; dan merupakan salah satu sumber penderitaan manusia saat ini". Hal ini yang mengakibatkan banyak orang terlibat dengan obat bius, alkohol, dan bahkan bunuh diri. Berusaha melarikan diri dari kesepian membuat kita tidak realistis sehubungan dengan kemanusiaan kita. Kita sedang ada dalam bahaya menjadi manusia yang tidak berbahagia, menderita akibat ketidakpuasan dan dari keinginan-keinginan serta harapan yang tidak terpenuhi. Banyak manusia merasa takut dengan yang namanya kesepian. Berusaha menutupinya dengan berbagai aktivitas, banyak teman, atau mencari pacar yang semuanya ini diperkirakan akan dapat mengisi kekosongan yang ada. Seorang teman pernah menuliskan, "Belajar untuk menangis, belajar untuk tetap vigil, belajar untuk menunggu. Mungkin inilah arti menjadi manusia".

Solitude (ketenangan) dibutuhkan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan ini. Solitude sering diartikan seperti para biarawan dan biarawati yang berada di suatu tempat yang jauh dari keramaian. Memang solus (Latin), artinya adalah "sendiri", dan pada masa-masa lampau banyak orang melakukannya dengan pergi ke tempat tenang. Adalah sulit untuk berpindah dari kesepian kepada menyendiri tanpa bentuk pengunduran diri dari berbagai situasi; dan ini sekaligus mendorong orang yang ingin membangun kehidupan rohaninya untuk mencari tempat dan situasi dimana mereka dapat sendiri. Tetapi yang dimaksud dengan sendiri lebih terarah kepada sikap hati yang tenang. Pria dan wanita yang dapat membangun hatinya ini dimampukan untuk merasakan dan memahami dunia ini dari pusat yang mudah dideteksi melalui, ketika kita hidup dalam suasana hati yang tenang. Kita akan mendengarkan dengan perhatian penuh pada kata-kata dan dunia orang lain. Tetapi jika kita dikuasai oleh kesepian, kita terdorong untuk menyeleksi hal-hal yang dapat membawa kepuasan seketika kepada kita.

Sebenarnya, melalui solitude kita dapat memberikan perhatian pada keadaan dalam diri kita sendiri. Hal ini bukan berarti egois, melainkan kita memberikan diri mendengar dan melihat keadaan diri kita yang sebenarnya. Hal ini mendorong kita untuk menemukan kelembutan yang nyata guna mengasihi saudara-saudara kita; sebab dengan mengintrospeksi diri akan mengajarkan kepada kita siapakah kita sebenarnya serta siapakah saudara kita. Tanpa hati yang solitude, relasi kita dalam persahabatan, pernikahan dan lingkungan tidaklah akan kreatif. Tanpa hati yang solitude, relasi kita akan mudah menjadi menginginkan, rakus, bergantung, sentimental dan eksploitatif; karena kita tidak dapat mengalami orang lain berbeda dari diri kita, melainkan menggunakan manusia untuk memuaskan kebutuhan kita yang tersembunyi.

Selanjutnya, pemazmur yang sedang gelisah mengatakan pada dirinya, "Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadanya, penolongku dan Allahku" (Mazmur 42:6b). Bagi pemazmur, Allah adalah sumber pertolongan yang dapat membawa pembaharuan dalam jiwanya. Kita dapat pergi mencari hiburan melalui menonton, bermain, atau bersantai, namun diatas segalanya amatlah memerlukan pelayanan yang datangnya dari Allah kita. Yesus mengatakan bahwa kekuatan kita cukup untuk menghadapi persoalan sehari, untuk itu kita memerlukan kekuatan yang diperbaharui dari hari ke sehari; seperti kita perlu makan setiap hari guna memperoleh kekuatan secara fisik. (Ada tertulis : Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah, Matius 4:4).

Dalam menghadapi hal yang melampaui kekuatan kita, kita pun membutuhkan kekuatan ekstra dari sumbernya, yaitu Allah sendiri. Seperti nasihat Paulus kepada Timotius di tengah-tengah pergumulan yang berat, ketika Paulus dipenjarakan dan ada banyak orang yang meninggalkan kekristenan. Ia berkata, "...Jadilah kuat dalam kasih karunia Yesus Kristus", (II Timotius 2:1). Kekuatan ini bukanlah dari diri sendiri, melainkan dari Yesus Kristus, dan Ia berikan melalui kasih karunia-Nya kepada kita.

____________________________________________________
Oleh: Dra. Ria Pasaribu, M.Div.,
Dalam Samaritan Vol I/No.2 tahun 1997.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag